Hangatnya Kehidupan Asrama di Sekolah Rakyat Palangka Raya

PALANGKA RAYA31 Dilihat

PALANGKARAYA – Suasana pagi di Sekolah Rakyat Kota Palangka Raya tampak berbeda. Anak-anak berbaris rapi di halaman asrama, menyanyikan lagu kebangsaan dengan semangat, sebelum melanjutkan sarapan bergizi yang telah disiapkan oleh petugas dapur.

Pemandangan ini menjadi bagian dari keseharian mereka sejak sekolah tersebut menerapkan sistem pendidikan berbasis asrama.

Tahun ini, Sekolah Rakyat Palangka Raya memperkenalkan kurikulum terpadu yang menggabungkan Kurikulum Nasional, Kurikulum Asrama, dan Kurikulum Multi Entry Multi Exit (MEME).

Tujuannya bukan hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga membangun karakter, tanggung jawab, dan kemandirian.

“Pendekatan ini kami rancang agar anak-anak tidak hanya pintar, tapi juga memiliki kepribadian yang kuat dan berakhlak. Asrama menjadi tempat belajar kehidupan, bukan sekadar tempat tinggal,” ujar Kepala Sekolah Rakyat Kota Palangka Raya, Ranny Triayu Sintha.

Selama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), para siswa diajarkan hal-hal sederhana seperti mencuci pakaian sendiri, menjaga kebersihan kamar, beribadah tepat waktu, hingga saling membantu teman yang kesulitan.

“Nilai sopan santun, gotong royong, dan kemandirian kami tanamkan sejak awal agar menjadi karakter yang melekat,” tambah Ranny.

Untuk menjaga kesehatan para siswa, pihak sekolah bekerja sama dengan Puskesmas Marina.

Pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan, sementara kebutuhan vitamin dan obat ringan selalu tersedia di asrama.

“Anak-anak kami pantau kesehatannya setiap hari. Kami ingin mereka tumbuh sehat, bahagia, dan terlindungi,” ujarnya.

Dari sisi gizi, siswa mendapat tiga kali makan bergizi setiap hari, lengkap dengan snack dan minuman sehat seperti teh hangat serta susu.

“Asupan makanan kami atur agar seimbang dan bervariasi. Makan bersama juga menjadi momen kebersamaan yang kami jaga,” jelasnya.

Tak hanya itu, keamanan asrama dijaga oleh Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang siaga selama 24 jam. Mereka memastikan seluruh kegiatan siswa berjalan tertib dan aman.

Ranny mengakui, di minggu pertama beberapa siswa sempat mengalami homesick dan menangis karena rindu keluarga. Namun perlahan, mereka mulai beradaptasi.

“Sekarang justru banyak yang sudah betah. Mereka mulai akrab dengan teman-temannya dan menikmati aktivitas di asrama,” katanya sambil tersenyum.

Untuk mengobati kerinduan terhadap keluarga, sekolah menyediakan fasilitas video call agar anak-anak tetap bisa berbicara dengan orang tua.

“Kami ingin mereka tetap merasa dekat dengan keluarga. Guru dan pengasuh di sini menjadi orang tua kedua selama mereka di asrama,” tutur Ranny.

Kini, memasuki minggu ketiga, siswa mulai menjalani pemantapan akademik dan uji baca-tulis untuk memetakan kemampuan masing-masing.

“Kami ingin setiap anak berkembang sesuai potensinya dan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri serta berkarakter,” pungkasnya.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *