PALANGKARAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah mencatat inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) sebesar 0,46 persen pada Mei 2025.
Kenaikan ini terjadi seiring naiknya harga sejumlah komoditas utama, meskipun secara bulanan (month-to-month/m-to-m), Kalimantan Tengah justru mengalami deflasi sebesar 0,53 persen.
Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti menjelaskan bahwa inflasi y-on-y dipicu oleh kenaikan indeks harga pada beberapa kelompok pengeluaran, seperti perawatan pribadi dan jasa lainnya yang melonjak hingga 8,26 persen, pendidikan naik 2,23 persen, serta kelompok kesehatan sebesar 2,20 persen.
“Ini menunjukkan adanya tekanan harga yang cukup kuat di sektor jasa dan layanan,” ujarnya saat rilis data resmi, di Kantor BPS Provinsi Kalteng, Rabu (02/6/2025).
Kelompok lain yang turut menyumbang inflasi tahunan adalah pakaian dan alas kaki (2,07 persen), rekreasi, olahraga, dan budaya (1,28 persen), serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (2,11 persen).
Komoditas yang paling dominan memberikan andil inflasi tahunan, antara lain emas perhiasan, SKM, ikan gabus, minyak goreng, dan kopi bubuk.
“Kelompok perawatan pribadi memberikan andil tertinggi sebesar 0,46 persen terhadap inflasi y-on-y, disusul oleh kelompok penyediaan makanan dan minuman sebesar 0,22 persen,” jelas Agnes.
Di sisi lain, beberapa kelompok pengeluaran justru mengalami penurunan indeks harga, seperti kelompok makanan, minuman dan tembakau yang turun 0,73 persen, serta transportasi yang melemah 1,37 persen.
Penurunan ini lanjutnya menjelaskan turut meredam inflasi secara keseluruhan, terutama karena harga daging ayam ras, angkutan udara, dan beras mengalami penurunan signifikan.
Secara bulanan, deflasi 0,53 persen pada Mei 2025 terutama disebabkan oleh turunnya harga cabai rawit, ikan gabus, bawang merah, bayam, dan daging ayam ras.
Sebaliknya, tomat, tarif pulsa ponsel, dan emas perhiasan menjadi penyumbang utama inflasi bulanan meski dalam skala lebih kecil.
“Perubahan harga ini menunjukkan bahwa dinamika pasokan komoditas pangan masih sangat mempengaruhi inflasi daerah, terutama komoditas hortikultura yang sangat fluktuatif,” pungkas Agnes.(sct)