Menyaksikan “Kelahiran” Rupiah di Jantung Peruri

KARAWANG – Di balik setiap lembar uang yang berpindah tangan, tersimpan proses panjang, rumit, dan penuh pengawasan.

Tahapan demi tahapan inilah yang disaksikan secara langsung oleh 30 jurnalis asal Kalimantan Tengah, ketika mendapat kesempatan langka ke Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), Karawang.

Kunjungan yang difasilitasi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Tengah melalui Forum Komunikasi Media 2025, didampingi Kepala Seksi Kehumasan KPwBI Kalteng, Dini Novita Sari, bersama tim humas BI ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Setiba di lokasi, para jurnalis langsung merasakan ketatnya sistem keamanan. Tak ada ponsel, dompet. Semua disimpan di loker khusus, sebelum mendapatkan kartu identitas VVIP sebagai akses terbatas.

Masuk ke Peruri bukan hanya soal izin, tapi juga kepercayaan. Karena di sinilah simbol kedaulatan negara dicetak.

Begitu melewati pintu keamanan terakhir, aroma khas tinta dan kertas langsung “menyergap”. Gulungan besar kertas uang bergerak perlahan di atas mesin-mesin raksasa.

Setiap helai diperiksa, dicetak, lalu diperiksa ulang hingga ke detail mikroskopis. “Di sinilah rupiah dilahirkan,” ujar salah satu staf Peruri dengan nada bangga.

Deputi Kepala Perwakilan BI Kalteng, Ardian Pangestu yang turut mendampingi rombongan, menyebut kunjungan ini sebagai bagian dari upaya memperkuat literasi publik tentang arti pentingnya rupiah.

“Kami ingin para jurnalis melihat langsung bahwa rupiah bukan hanya alat tukar, tapi simbol kedaulatan bangsa yang dijaga dengan standar keamanan tinggi,” ungkapnya.

Selama tur berlangsung, peserta diperlihatkan evolusi desain rupiah dari masa ke masa. Di ruang galeri, deretan uang kuno dan emisi terbaru ditata rapi, menceritakan perjalanan panjang ekonomi Indonesia.

Seorang jurnalis muda Novri tampak terpukau melihat detail tinta optik dan benang pengaman yang hanya bisa dibuat dengan teknologi khusus.

“Melihat langsung proses ini membuat kami sadar, setiap rupiah memiliki cerita dan nilai yang lebih dalam dari sekadar angka,” kata Novri sambil menatap lembaran uang yang baru dicetak.

Bagi para jurnalis, pengalaman itu lebih dari sekadar liputan. Tidak hanya meliput bagaimana uang dicetak, tetapi juga memahami maknanya sebagai simbol kepercayaan masyarakat terhadap negara.(sct)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *