PALANGKARAYA – Berdasarkan data sampai dengan Oktober 2025, Jasa Raharja Provinsi Kalimantan Tengah mencatat bahwa kelompok pelajar dan mahasiswa menjadi korban kecelakaan lalu lintas terbesar dengan porsi 30 persen, disusul pegawai swasta sebesar 15 persen.
Komposisi tersebut menunjukkan besarnya paparan risiko kecelakaan pada kelompok usia produktif di wilayah setempat.
Kepala Kanwil Jasa Raharja Kalimantan Tengah, Alfin Syahrin menyampaikan bahwa kecelakaan lalu lintas tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga memberi tekanan sosial ekonomi terhadap keluarga yang ditinggalkan.
“Sekitar 60 persen keluarga korban mengalami kemiskinan karena tulang punggung mereka menjadi korban laka lantas, dan 80 persen korban berjenis kelamin laki-laki,” papar Alfin belum lama ini.
Menurutnya, kondisi tersebut masih memerlukan perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat.
Ia mengatakan bahwa Jasa Raharja terus memperluas kegiatan edukasi keselamatan di sekolah, kampus, dan komunitas masyarakat sebagai langkah pengurangan risiko.
Keterlibatan aktif dalam Forum Keselamatan Lalu Lintas juga dilakukan untuk memetakan dan menetapkan titik rawan kecelakaan secara lebih akurat.
Selain edukasi, Jasa Raharja Kalimantan Tengah menjalankan sejumlah kegiatan pencegahan melalui ramp check angkutan umum sebanyak empat kali, 80 operasi gabungan lintas instansi, serta penyelenggaraan 21 kegiatan MUKL yang bertujuan menegakkan kepatuhan dan keselamatan kendaraan.
Pihaknya juga melibatkan masyarakat melalui 14 aksi simpatik dan menyediakan 14 pos pelayanan Lebaran guna menjaga kelancaran arus lalu lintas, termasuk pelaksanaan rutin program mudik gratis yang menjadi upaya tahunan dalam mengurangi risiko kecelakaan selama masa liburan.
Alfin kembali menegaskan bahwa seluruh upaya tersebut menjadi bagian dari kerja komprehensif untuk menekan angka kecelakaan, terutama mengingat karakteristik korban yang mayoritas berada pada usia produktif dan menjadi tulang punggung keluarga masing-masing.
“Meski demikian, masih banyak tantangan. Hanya sekitar 45 persen pemilik kendaraan yang patuh membayar kewajibannya. Karena itu, membangun kesadaran berlalu lintas adalah kerja panjang yang harus dilakukan bersama,” tandas Alfin. (sct)












