Kupas Mitos dan Fakta Penanganan Leukemia

PALANGKA RAYA127 Dilihat

PALANGKARAYA – Upaya meningkatkan literasi kesehatan masyarakat kembali digelar melalui sebuah seminar awam bertajuk “Bukan Sekadar Kanker Darah: Menguak Fakta dan Harapan Baru dalam Penanganan Leukemia” yang dilaksanakan di Hotel Best Western Batang Garing Palangka Raya belum lama ini.

Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang bekerja sama dengan Prodia dan berhasil menarik perhatian 60 peserta dari berbagai kalangan.

Seminar tersebut digelar sebagai respons atas masih kuatnya kesalahpahaman publik mengenai leukemia, yang selama ini kerap dianggap sebagai penyakit keturunan.

Antusiasme peserta mencerminkan meningkatnya kebutuhan edukasi kesehatan berbasis bukti ilmiah di tengah masyarakat.

Narasumber seminar, dr. Lia Sasmithae, Sp.PD, SubSp. (K) H.Onk.M, FINASIM Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya sekaligus anggota PAPDI menyampaikan materi secara komprehensif untuk meluruskan berbagai mitos seputar leukemia.

“Perubahan genetik yang memicu leukemia umumnya terjadi selama hidup, bukan sejak lahir. Ini adalah fakta penting agar tidak ada ketakutan yang tidak beralasan,” ujar Lia saat memaparkan materi.

Ia menegaskan bahwa sebagian besar kasus bersifat sporadis, yakni terjadi secara acak dan bukan diturunkan langsung dari orang tua.

Dalam penjelasannya, Lia menekankan pentingnya deteksi dini dengan mengenali gejala seperti pucat, mudah lelah, memar, serta demam berulang.

Pemeriksaan Darah Lengkap (PDL) menjadi langkah awal, namun diagnosis pasti memerlukan prosedur lanjutan seperti aspirasi dan biopsi sumsum tulang.

Pemeriksaan imunofenotip dan pemeriksaan genetik (FISH, PCR, NGS) kini menjadi standar untuk menentukan terapi yang paling tepat.

“Pemeriksaan genetik ini sangat krusial karena menentukan strategi pengobatan yang personal dan efektif, atau yang kita sebut personalized medicine,” jelasnya.

Lia menyampaikan bahwa leukemia tidak lagi identik dengan vonis mati, karena kemajuan kedokteran telah menghadirkan berbagai pilihan terapi dari kemoterapi konvensional hingga terapi target dan imunoterapi yang bekerja lebih spesifik pada sel kanker.

Dirinya juga memaparkan perkembangan transplantasi sumsum tulang, baik autologus maupun allogenik, yang kini semakin mudah diakses di pusat-pusat rujukan nasional.

Pada sesi akhir, panitia melakukan evaluasi melalui pre-test dan post-test kepada seluruh peserta. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan, dengan rata-rata skor pengetahuan naik 31,7 persen dari 53,3 persen menjadi 85 persen.

Peningkatan tertinggi, yakni 40 persen, terjadi pada aspek pemahaman tentang perkembangan terapi terbaru.

Temuan tersebut menegaskan bahwa seminar awam dengan narasumber spesialis terbukti efektif dalam menyampaikan informasi medis yang kompleks kepada masyarakat umum.

Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong masyarakat lebih proaktif dalam deteksi dini dan penanganan leukemia, sekaligus memperluas jangkauan edukasi kesehatan di Kalimantan Tengah.(sct)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *