KAPUAS – Proses perbanyakan vegetatif melalui metode cutting di nursery PT Industrial Forest Plantation (PT IFP) menjadi salah satu tahapan penting dalam memastikan ketersediaan bibit unggul untuk mendukung pengembangan hutan tanaman industri (HTI).
Tahapan ini dijalankan secara terukur dan berbasis sains sehingga mampu menghasilkan bibit berkualitas dengan performa yang stabil.
Pihak Manajemen PT IFP menjelaskan bahwa teknik stek pucuk yang diterapkan di nursery telah distandarkan untuk menjaga konsistensi mutu.
“Melalui pendekatan tersebut, perusahaan dapat mempercepat penyediaan bibit yang seragam, adaptif, dan mampu menunjang produktivitas kawasan hutan secara berkelanjutan,” ujarnya
Proses cutting diawali dengan seleksi tanaman induk yang berasal dari kultur jaringan. Pada usia sekitar tiga bulan, tanaman induk mulai menghasilkan pucuk ideal dengan 3–4 helai daun, vigor kuat, serta struktur semi-lignifikasi. Kondisi ini menjadi dasar keberhasilan pembentukan akar (rootstrike) dan benih yang sehat.
Pemotongan stek dilakukan oleh tim nursery menggunakan alat steril untuk mencegah kontaminasi. Setiap bahan stek memenuhi standar panjang 10–15 cm, memiliki 3–4 nodus, segar, dan bebas organisme pengganggu tanaman.
Sebelum ditanam, pangkal stek diberikan perlakuan hormon Indole Butyric Acid (IBA) guna mengoptimalkan pembentukan akar.
Stek kemudian ditanam di media khusus dalam Rooting House (RH), fasilitas yang dilengkapi sistem misting dan naungan 50–70 persen untuk menjaga kelembapan serta mikroklimat optimal. Dalam 3–4 minggu, stek akan melalui fase kritis pembentukan akar hingga mencapai kondisi yang stabil.
Setelah perakaran terbentuk, tanaman muda dipindahkan ke Shading Area untuk menjalani aklimatisasi. Pada tahap ini, intensitas misting dikurangi secara bertahap, disertai pemberian pupuk daun dan pemantauan hama serta penyakit oleh tim R&D. Aklimatisasi berperan penting untuk membentuk adaptasi tanaman sebelum memasuki kondisi lapangan.
Tahap berikutnya adalah hardening di Open Grow Area, di mana bibit diperkenalkan pada cahaya penuh dan lingkungan terbuka. Proses penguatan ini berlangsung hingga bibit berusia 2–3 bulan, bertujuan meningkatkan kekuatan batang, ketahanan suhu, dan kesiapan tumbuh di lapangan.
Sebelum ditetapkan sebagai Bibit Siap Tanam (BST), seluruh bibit melewati pemeriksaan mutu oleh tim PSQA Assessment. Kriteria yang dinilai meliputi kesehatan akar, pertumbuhan seragam, tinggi tanaman sesuai standar, serta bebas dari hama dan penyakit. Hanya bibit yang lolos uji tersebut yang akan didistribusikan untuk kegiatan penanaman.
Dengan alur cutting yang konsisten dan terstandarisasi, PT IFP mampu menyediakan bibit vegetatif unggulan secara berkelanjutan. Bibit yang dihasilkan tidak hanya memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi, tetapi juga mendukung produktivitas dan keberlanjutan hutan tanaman industri pada jangka panjang.(sct)















