PALANGKARAYA – Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Spesies dan Genetik Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem Kementrian Kehutanan RI, Nunu Anugrah, S.Hut., M.Sc, menegaskan pentingnya pembaruan data dan evaluasi menyeluruh terhadap strategi konservasi orangutan, khususnya di Kalimantan.
“Melalui forum ini, kita ingin melihat sejauh mana upaya konservasi orangutan yang telah dilakukan, baik dari sisi kawasan maupun langkah-langkah perlindungannya,”
“Dari Hasil pertemuan ini nanti akan menjadi dasar untuk memperkirakan proyeksi populasi, kebutuhan perlindungan, dan langkah lanjutan,” ujar Nunu dalam forum Orangutan Regional Meeting yang berlangsung di Hotel Bahalap, Senin (23/6/2025).
Ia menjelaskan, pemerintah pusat telah menginisiasi pemutakhiran data konservasi orangutan sejak tahun lalu, dimulai dari Sumatera dan Pongo tapanuliensis, kemudian berlanjut ke Kalimantan Timur, Barat, Tengah, hingga Kalimantan Utara.
Langkah ini merupakan bagian dari proses evaluasi terhadap dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan 2016, sekaligus penyusunan dokumen Analisis Populasi dan Habitat (PHVA) terbaru yang akan dideklarasikan secara nasional.
“Kita ingin menghimpun data yang baru, mengevaluasi strategi mana yang masih relevan akan kita lanjutkan, dan program yang perlu disesuaikan akan kita ubah. Semua ini agar konservasi lebih tepat sasaran,” tegas Nunu.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya partisipasi publik dalam konservasi orangutan, mengingat spesies ini tidak mengenal batas administrasi wilayah, baik yang ada di kawasan hutan lindung, hutan produksi, hingga area penggunaan lain seperti HPL.
“Meski kami punya kapasitas teknis, itu tidak cukup. Konservasi butuh keterlibatan semua pihak masyarakat, sektor swasta, hingga pemerintah daerah agar penyelamatan orangutan bisa berkelanjutan dan inklusif,” tutupnya.(sct)